”Valentine itu seperti malam minggu, malam yang selalu ada tapi tak pernah aku anggap ada. Malam yang selalu datang setiap minggu tapi tak pernah aku hitung jumlah kedatangannya.” – Valentine dan JOMBLO NGENES (Dwitasari)
Oh, jadi hari ini tanggal 14 Februari? Lalu kenapa? HAH? 14 FEBRUARI 2011? Hari ini valentine? Hari kasih sayang? Saat pasangan normal saling berbagi kasih, memberi coklat, pelukan hangat, boneka, dan bunga? Ya, Tuhan, bahkan aku tidak menyadari kalau hari ini tanggal 14 Februari. Pentingkah aku terlalu frustasi memikirkannya? Haruskah aku iri dengan pasangan normal yang memasang wajah bahagia sehat sentosa makmur sejahtera? Ya, mungkin aku harus iri, rumput tetangga sebelah memang lebih hijau daripada rumput di halaman rumahku.
Boleh aku bercerita? Tentang kehidupan jomblo bahagia walaupun setengah menderita. Aku yakin, aku tidak seorang diri, diluar sana, entah pria atau wanita pasti mengalami hal yang serupa. Aku pasti memiliki cinta, merasakan rindu, juga merasakan cenat-cenut layaknya manusia normal yang di mabuk asmara pada seseorang, lawan jenis tentunya. Hanya saja, aku (mungkin) kurang ahli untuk menunjukannya. Aku tidak ahli menunjukan perasaanku dan atas kekuranganku itu, aku harus menjadi jomblo? Aku harus melewati Valentine sendirian? Aku harus membeli coklat sendiri dan memakannya sendiri? Apakah hal itu bodoh? Apakah aku terlihat aneh dimata orang-orang yang memiliki status relationship dan tentu memiliki pasangan?
Tuhan, pantaskah aku menyalahkanMu? Atas statusku yang masih sendiri walaupun aku bosan terus-terusan begini? Hey, aku bosan melihat mereka yang dengan santainya merangkul, memeluk bahkan bergelayut manja dengan pasangannya. Aku lelah melihat mereka yang dengan santai mengatakan pada dunia bahwa mereka memiliki seseorang yang dijadikan kesayangan. Aku frustasi setangah mati saat aku bisa melihat tapi tak dapat melakukannya, walaupun sebenarnya aku bisa, sayangnya, aku harus bergelayut manja dengan siapa? Orang utan yang secara spesial diimpor dari Borneo? Ya, Tuhan, aku setengah gila.
Aku berusaha menikmati status ini sebisa dan semampuku. Lupakan makan malam romantis, cokelat manis dan boneka yang tersenyum bengis. Ya, aku pasti (agak) mampu melewati hari kasih sayang ini, sendirian. Aku pasti (setengah) ikhlas melihat mereka yang bisa merayakan hari kasih sayang bersama seseorang yang begitu mereka cintai. Aku tidak perlu iri, dengki apalagi frustasi. Valentine itu seperti malam minggu, malam yang selalu ada tapi tak pernah aku anggap ada. Malam yang selalu datang setiap minggu tapi tak pernah aku hitung jumlah kedatangannya. Ya, valentine hanyalah momentum, dirayakan syukur, ga dirayakan juga (terpaksa) bersyukur.
Tapi, biar bagaimanapun, aku ingin terlihat normal. Bisa menghabiskan waktu dengan seseorang yang membuat jantungku berdetak dengan hebat. Bisa berbagi cerita dengan seseorang yang namanya selalu ada di setiap bilur vena sampai arteri. Bisa merasakan rindu dengan seseorang yang kujadikan kesayangan. Walaupun mungkin oranglain menilai hidupku normal, tapi aku merasa timpang. Tidak ada seseorang yang melengkapi kekuranganku. Aku ganjil dan tidak ada seseorang yang menggenapiku. Biar bagaimanapun, aku juga manusia normal. Ada usaha untuk berbagi, ada usaha untuk mencintai, sayangnya aku tak tahu kenapa aku tetap saja sendiri.
with love :) #flashfiction 475 words
Dwitasari :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar