Degup jantung ini serasa makin kencang seiring dengan besarnya jeram yang menghadap didepan saya. Perasaan tegang bercampur tertantang menghinggapiku ketika perahu itu menuju jeram yang cukup besar. Derasnya arus air di Sungai Elo yang beradu dengan bebatuan besar membuat jeram semakin menantang. Detik- detik menjelang jeram pun tiba hingga dada ini serasa tak suasa menahan detak jantung yang semakin kencang berdetak. Akhirnya…….wooow….jeram pertama sudah berhasil kutaklukkan. Ketakutan yang tadi sempat menghinggapiku akhirnya berganti dengan kepuasan yang tak terhingga dan menjadikanku tertantang untuk segera menjemput jeram- jeram berikutnya.
Begitulah kira- kira perasanku ketika aku untuk pertama kalinya mencoba arung jeram. Olahraga yang satu ini memang sudah cukup populer saat ini, meskipun butuh adrenalin yang cukup untuk melakukanya. Sebelum turun langsung kesungai untuk mencoba arung jeram aku berpikir mengenai resiko- resiko yang mungkin bakal menimpaku dari hanyut di arus yang begitu deras, tenggelam, jatuh di jeram terus menabrak batu- batu sungai dan lain sebagainya yang semuanya membuatku sempat berpikir beberapa kali untuk mencobanya. Dengan tekad yang bulat akhirnya kuberanikan diri untuk mencobanya.
Arung jeram atau White Water Rafting (WWR) mempunyai sejarah yang cukup panjang hingga sampai seperti yang kita biasa saksikan saat ini. Di mulai dari manusia purba yang menggunakan batang- batang kayu untuk untuk menyeberang dan transportasi. Selain mengikat batang- batang pohon untuk dijadikan seperti rakit, ada juga yang melubangi batang pohon yang kemudian berkembang menjadi kanoe. Begitu selanjutnya kemudian berkembang dari bentuk, kapasitas, hingga bahan bahan yang digunakan untuk membuat perahu menjadi seperti yang banyak kita saksikan saat ini.
Pagi itu aku bersama sekitar 17 temanku yang lain menuju Sungai Elo di Jawa Tengah untuk memulai arung jeram pertamaku ini. Memang ada beberapa temanku yang sudah pernah mencoba bahkan sering dalam hal arung jeram ini sehingga kita tidak perlu menyewa seorang skipper untuk mendampingi kami karena telah ada temanku juga yang jago untuk menakhkodai perahu.
Tiba dilokasi suasana masih cukup sepi. Aku dan teman- teman segera mengenakan peralatan standar keamanan pribadi yang berupa pelampung, helm, dan dayung. Setelah memompa dua buah perahu yang masing- masing berkapasitas maksimal 8 orang, kamipun segera melakukan pemanasan agar tidak keram saat melakukan pengarungan. Saat itu 14 orang dari kami termasuk aku akan melakukan pengarungan dengan dua buah perahu sementara sisanya menjadi tim darat yang tetap berkomunikasi untuk memantau keselamatan tim yang melakukan pengarungan.
Selesai pemanasan kamipun segera mengangkat perahu menuju ke sungai dengan menuruni tangga yang cukup terjal. Ternyata perahu karet yang berisi angin itu berat juga untuk diangkat oleh tujuh orang. Sampai diair aku segera naik ke perahu disusul teman yang lain. Sebelum mengarungi sungai kami melakukan latihan kekompakan tim dan belajar cara mendayung yang benar . setelah dirasa cukup pemanasan diatas perahu maka kami segera memulai pengarungan. Beberapa ratus meter dari titik start keadaan air masih flat.
Akhirnya jeram pertama yang dinantikan pun sudah telihat. Aku dan kawan- kawan dikomando untuk mempercepat dayungan ketika memasuki jeram. Dan 1, 2, 3…. Kamipun masuk ke jeram pertama dengan teriakan untuk mengalahkan ketakutan yang sempat terlintas. Jeram pertamapun sudah berhasil kami taklukan dengan sukses tanpa ada satu anggotapun yang terjatuh dari perahu. Tidak lama kemudian tim 2 menyusul memasuki jeram tersebut dengan lancar pula.Beberapa jeram selanjutnyapun kami arungi dengan lancar hingga akhirnya pada jeram yang cukup besar salah satu temanku ada yang terjatuh ke jeram. Akupun sempat khawatir dengan membayangkan bagaimana keadaan temanku tersebut. Tidak beberapa lama setelah keluar dari jeram akhirnya dia terlihat agak jauh dari perahu. Salah satu temanku segera melamparkan throwing bag untuk menolong temanku agar segera mendekat ke perahu. Tidak lama kemudian temanku yang jatuh tadi sudah berhasil naik kembali ke perahu dengan selamat, hanya beberapa luka memar dikakinya karena terbentur bebatuan saat di jeram.
Di tengah pengarungan sungai kami sempat beristirahat sekitar satu jam untuk menikmati makan siang yang telah disediakan oleh tim darat. Pada saat istirahat itulah aku dan teman- teman mencoba sesuatu yang ekstrim dan menguji nyali yaitu menceburkan diri di jeram atau biasa disebut renang jeram. Jeram yang satu ini cukup besar karena memang saat itu debit airnya sedang tinggi. Satu persatu kamipun menceburkan diri ke jeram dari atas sungai. Aku melompat pada urutan ketiga. Rasanya kaki ini tak mau lepas dari tanah karena rasa takut melihat besarnya jeram. Akupun semakin khawatir karena teman sebelumnya mengalami luka- luka memar saat tercebur ke jeram. Tapi akhirnya rasa takut itupun dapat kutepis jauh- jauh sehingga dalam hitungan ketiga akupun segera melompat untuk menceburkan diri. Sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Ketika aku berusaha mengendalikan arah badanku agar selalu kedepan, arus sungai yang deras langsung menghempasku terbalik tak karuan. Sesaat dapat kurasakan sakitnya badanku ketika menabrak batu- batu besar yang berada di jeram dengan panjang sekitar 20 meter itu. Aku merasakan bahwa saat itu aku seperti bola billiard yang memantul kesana kemari karena benturan. Sungguh sakit sekali. Akhirnya setelah bertarung dengan jeram itu akupun dapat keluar darinya dengan nafas yang masih bisa kurasakan…. Ah… leganya… THANKS GOD..I’M STILL ALIVE. Setelah naik ke darat aku merasakan ada bagian kakiku yang berdarah karena benturan yang keras dengan bebatuan tadi, akan tetapi tidak parah sehingga aku masih bisa berteriak lega. Aku bersyukur sekali dapat merasakan pengalaman yang begitu mengerikan itu. Tetapi hal ini tidak membuatku gentar sehingga aku mencoba kembali untuk terjun ke jeram ini.
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar