Mendengar kata andong, dokar atau pun delman jadi teringat dengan masa kecil dulu. Walau tinggal tidak di daerah perkampungan maupun di pinggiran kota, terkadang di waktu sore moda transportasi tua itu melintas di depan rumah .Dengan bunyinya yang khas, sepatu kuda bercampur suara semacam klentengan klakson kuda, kombinasi itu sebagai pertanda dokar akan melintas.
Anak-anak yang sedang bermain-main pun terperanjat, bukan takut melainkan ingin sekali naik. Biasanya anak-anak itu akan naik beserta dengan pembantu atau orang tuanya. Mereka berkeliling dengan pak kusir sebagai juru mudinya. Jaraknya tak terlalu jauh hanya sekedar mengitari kompleks perumahan saja.
Setelah mengitari kompleks beberapa kali, dokar pun akan kembali mengantar kan ke tempat pertama semuanya naik. Soal tarif, itu tak seberapa dulu hanya membutuhkan beberapa uang logam yang mungkin jumlahnya tak lebih dari seribu rupiah.
Dokar, delman ataun pun andong kini keberadaan cukup sepi, terlebih lagi di kota-kota besar seperti jakarta Hampir dipastikan moda ini tak banyak yang beroperasi sebagai wadah mencari nafkah dari sang kusir. Entah karena zaman semakin mahal atau modern, dokar pun akhirnya jarang ditemukan. Belum lagi dengan persoalan biaya perawatan dan makan untuk kudanya, keadaan memang sudah berubah. Kendati demikian, itu hanya berlaku di Jakarta saja dan tidak di kota-kota lainnya semisal Solo, Yogyakarta ataupun kota lainnya karena di kota-kota itu moda transportasi itu masih kerap hilir mudik di jalan-jalan kota. Moda itu masih dimanfaatkan seperti sedia kalanya, perbedaanya hanya jumlahnya yang mungkin tidak sebanyak dulu saat mesin belum mengambil alih mobilitas trasnportasi.
Andong merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Solo dan Yogyakarta dan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Klaten, Karanganyar, Boyolali, Sragen, dan Sukoharjo. Keberadaan Andong sebagai salah satu warisan budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri yang hingga kini masih terus dilestarikan.
Berbicara soal dokar, ataupun delman dan andong, ada satu yang cukup unik ternyata tak selamanya moda itu ditarik oleh kuda. Di beberapa kota di Indonesia, misalnya Yogyakarta dan cilacap. Di Yogyakarta, menurut keterangan yang di dapatkan jika Anda berminat untuk naik andong kambing dapat melakukannya di alun-alun selatan. Secara hewan penariknya bukanlah kuda dan andongnya juga tidak sebesar andong yang ditarik kuda, maka andong kambing hanya bisa dinaiki oleh anak kecil saja. Dan untuk menaikinya tak perlu merogoh kantong terlalu dalam karena biayanya sangat terjangkau untuk sekali putarannya
Andong kambing, selain dapat ditemukan di Yogyakarta, juga terdapat di Cilacap. Kereta andong ini berada di depan Kantor Bupati Cilacap, tepatnya di Alun-alun Cilacap saat sore,. Penampilan kambing sedikit berbeda karena sudah di "dandani" sedemikian rupa sehingga tampak begitu menarik. Sama seperti andong kambing di Yogyakarta, andong kambing di Cilacap hanya boleh dinaiki oleh anak kecil.
sumber foto: www.warungbarangantik.blogspot.com |
Nah, selain itu ada pula menarik dari andong kambing ini, ternyata keberadaannya sudah ada sejak lama di bumi pertiwi ini, mungkin sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Itu terbukti dari foto tua di atas yang memperlihatkan jongos atau katakanlah pesuruh tengah memandu sinyo bermain andong mini yang ditarik oleh seekor kambing yang ditumpangi oleh anak kecil. (berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar